Dalam ilmu kesehatan masyarakat,
diare—alias mencret, murus, berak air,
buang-buang air, mencuru, mencirit—termasuk golongan common problems.
Penyakit umum yang sering terjadi, seperti flu-pilek dan batuk. Obat diare pun
banyak yang termasuk kategori obat bebas, bisa didapatkan di toko-toko dan
apotek tanpa resep dokter.
Berdasarkan survei Top Brand Award 2012
yang dilakukan oleh lembaga riset Frontier dan majalah Marketing, dua merek
obat diare yang paling laris adalah Diapet® (buatan PT Soho Industri
Pharmasi) dan Neo Entrostop® (buatan PT Kalbe Farma).
Pada umumnya setiap orang punya satu merek
obat andalan untuk diare. Merek inilah yang akan diminum setiap terserang
diare, tanpa memperhitungkan penyebabnya. Yang sudah biasa minum Diapet®
biasanya akan selalu memilih Diapet® tiap kali terserang diare.
Begitu juga, yang sudah biasa minum Entrostop® biasanya akan selalu
memilih Entrostop® apabila terkena diare. Padahal, penyebab gangguan
ini bisa bermacam-macam, dan karena itu sebetulnya tidak ada satu pun obat
universal untuk segala macam kasus diare.
Sebelum kita membahas obat diare, mari kita
bahas dulu biang keladi yang paling sering menjadi penyebabnya.
Secara alami, usus melakukan gerakan
peristaltik (gerakan teratur memeras sari pati makanan agar bisa diserap oleh
tubuh). Gerakan inilah yang menyebabkan ampas makanan terdorong ke belakang
sebagai feses (air besar).
Jika terjadi abnormalitas di usus, gerakan
peristaltik menjadi semakin cepat. Akibatnya, frekuensi pengeluaran feses juga
ikut meningkat bersama air. Biang keladi abnormalitas itu bermacam-macam,
antara lain:
•
Racun dari makanan atau
minuman.
•
Bahan makanan yang mengiritasi,
misalnya makanan yang terlalu pedas.
•
Infeksi virus, bakteri, jamur,
atau protozoa. Bakteri penyebab infeksi pun bisa bermacam-macam. Contoh yang
paling sering menjadi penyebab diare adalah Escherichia
coli. Bakteri ini sebetulnya merupakan bakteri normal di usus yang tidak
merugikan. Kuman ini bisa menyebabkan diare jika menjadi ganas dan populasinya
melebihi normal.
•
Makanan yang sulit dicerna,
misalnya daging yang belum matang. Bahkan, makanan atau minuman lazim seperti
susu pun bisa menyebabkan diare. Ini sering terjadi pada orang-orang (terutama
anak-anak) yang kekurangan enzim laktase. Enzim ini diperlukan untuk memecah
laktosa (gula susu). Saat mereka minum susu, organ cerna mereka tidak sanggup
mencernanya sehingga menyebabkan diare. Selain itu, protein susu sapi juga bisa
menjadi biang alergi yang memicu diare.
•
Ketidakseimbangan bakteri usus,
misalnya akibat terlalu banyak minum antibiotik.
•
Kecemasan, stres, dan perubahan
internal tubuh lainnya.
Ringkasnya, diare bisa disebabkan oleh
bermacam-macam faktor. Maka pengobatanya pun tentu saja berbeda-beda,
tergantung penyebabnya. Tak ada satu pun merek obat yang bisa mengatasi semua
jenis diare di atas.
Berdasarkan cara
kerjanya, obat diare bisa dibagi ke dalam tiga kelompok besar:
1.
Adsorben
Secara harfiah,
adsorben berarti bahan penyerap, dari kata adsorb
yang berarti menyerap di permukaan. (Berbeda dari absorb yang berarti menyerap sampai ke dalam). Adsorben bekerja
mengatasi diare dengan cara mengikat kuman atau toksin (racun) di saluran
cerna, supaya tidak bersentuhan dengan permukaan usus. Jika toksin dan kuman
ini kontak dengan usus, gerakan peristaltik usus secara otomatis akan meningkat
sebagai refleks alami untuk mengeluarkan racun itu. Obat yang masuk dalam
golongan ini antara lain karbon aktif,
attapulgit, pektin, dan kaolin.
Karena cara
kerjanya menyerap kuman dan toksin, obat golongan ini hanya berguna jika
penyebab diare adalah infeksi ringan atau toksin. Jika penyebabnya adalah
perubahan internal tubuh, misalnya karena cemas, stres, atau depresi, obat-obat
ini tidak lagi efektif.
Contoh merek
dagang yang cukup populer antara lain: Neo Entrostop® (berisi
attapulgit dan pektin), Norit® (berisi karbon aktif), Diatabs®
(attapulgit). Obat-obat ini termasuk golongan obat bebas yang paling banyak
beredar di pasaran. Relatif aman, bisa diminum oleh anak-anak, ibu hamil, juga
ibu menyusui.
2.
Antiinfeksi
Jika diare
disebabkan oleh infeksi berat, biasanya obat golongan adsorben saja tidak cukup
untuk menghentikannya. Harus ada obat lain yang tidak sekadar mengikat kuman,
tetapi juga berfungsi sebagai antimikroba pembasmi kuman, misalnya antibiotik.
Semua antibiotik untuk diare termasuk kategori obat
resep! Itu
sebabnya, untuk kasus infeksi berat, sebaiknya penderita memeriksakan diri ke
dokter. Apalagi jika diare disertai dengan demam atau adanya darah di dalam
tinja. Dua gejala ini menunjukkan bahwa diare tersebut bukan diare biasa. (Lihat juga Bab Antibiotik)
3.
Penghambat Peristaltik Usus
Obat utama
golongan ini adalah loperamida.
Sekadar menyebut, contoh merek dagang yang populer adalah Imodium®.
Harap dicatat, ini bukan golongan obat bebas seperti obat flu. Obat ini harus
digunakan dengan sangat hati-hati.
Obat golongan
ini bekerja dengan cara menghambat gerak peristaltik usus dan meningkatkan
penyerapan kembali cairan di usus besar. Jadi, tidak membasmi kuman, tidak
mengikat toksin. Oleh karena cara kerjanya demikian, loperamida tidak tepat
jika digunakan untuk kasus diare akibat infeksi atau toksin dari makanan atau
minuman. Sebab, jika gerakan usus dihambat, kuman atau toksin tersebut justru
tertahan di saluran cerna dan tidak bisa dikeluarkan.
Dapatkan buku karya pemilik blog ini, BUKU OBAT SEHARI-HARI, terbitan Elex Media Komputindo, di Gramedia, toko buku online, dan toko buku lain.

No comments:
Post a Comment