Pasal ke-2: Pilih yang bahannya aman.
Selama ini obat tradisional diyakini
tidak punya efek samping yang buruk. Atau, kalaupun ada, efek buruk ini boleh diabaikan.
Pandangan seperti ini tidak sepenuhnya benar. Bagaimanapun, obat tradisional
tetap berisi bahan kimia yang asing bagi tubuh dan karena itu punya efek
samping atau bahkan efek buruk. Karena itu, penggunaannya pun tetap harus
sangat hati-hati.
Oleh karena masalah keamanan obat
tradisional sebagian besar masih wallahua’alam,
kita sebaiknya membatasi pemakaiannya pada obat-obat yang memang sudah
digunakan secara luas dan terbukti aman secara empiris. Contoh, obat-obat
tradisional berbahan dasar bumbu dapur seperti kunyit, jahe, bawang putih, jeruk
nipis, kencur, kayumanis, dan sejenisnya biasanya aman dalam dosis wajar karena
bahan-bahan ini sudah biasa kita konsumsi.
Contoh lain, penggunaan daun atau
ekstrak daun jambu biji untuk diare. Secara tradisional, rebusan daun jambu
biji sudah biasa digunakan untuk mengatasi diare. Dalam bentuk yang lebih
modern, ekstrak daun jambu biji juga banyak digunakan di dalam produk obat-obat
diare yang dijual bebas. Di dalam usus, ekstrak daun jambu biji diduga mengatasi
diare dengan dua mekanisme. Selain punya khasiat antibakteri, ekstrak daun ini
juga bisa membuat feses lebih padat dan mengurangi kontraksi (gerakan) usus. Sekalipun
mekanisme kerjanya masih sebatas dugaan, sejauh ini ekstrak daun jambu biji
dalam dosis itu terbukti aman dan ampuh.
Contoh lain, konsumsi jus jambu pada
pasien demam berdarah dengue (DBD). Kebiasaan ini harus kita lihat dalam
konteks yang proporsional. Berdasarkan pasal ke-1, sebetulnya tanpa konsumsi
jus jambu pun demam berdarah akan sembuh dengan sendirinya asalkan pasien tidak
terlambat mendapat pertolongan medis.
Namun, dalam praktiknya, banyak pasien
atau keluarga pasien yang merasa kurang afdol sebelum minum jus jambu. Bagaimanapun,
minum obat tradisional adalah hak pasien. Dalam konteks ini, kita bisa
menggunakan pasal ke-2 sebagai pedoman.
Meski sudah ada metode terapi yang
standar, konsumsi jus jambu boleh saja dilakukan karena konsumsi jus jambu
tidak berbahaya. Tapi harus dicatat bahwa fungsinya bukan sebagai terapi
substitutif (menggantikan metode standar), melainkan terapi komplementer
(melengkapi). Toh pasien memang dianjurkan untuk banyak minum. Apalagi buah
jambu juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
Secara sederhana, tingkat keamanan
obat tradisional bisa diketahui dari banyak tidaknya bahan tradisional itu
dikonsumsi oleh masyarakat. Buah jambu sudah jelas biasa kita makan. Daun jambu
dalam dosis obat diare juga sudah biasa dikonsumsi. Obat lain seperti sari
kurma, angkak, atau air kelapa juga sudah biasa kita konsumsi. Artinya,
bahan-bahan ini tergolong aman jika dikonsumsi secara wajar walaupun khasiatnya
sebagai obat DBD masih diragukan atau belum pasti. Yang penting aman dulu,
khasiatnya belakangan.
Dalam pengobatan, ada sebuah fenomena
unik yang dikenal sebagai “efek plasebo”. Pasien mengalami perbaikan klinis
walapun ia hanya diberi plasebo (pil yang isinya cuma tepung). Secara ilmiah,
tepung jelas tak bisa mengobati penyakit. Tapi kenapa kondisi pasien bisa
membaik? Jawabannya masih wallahua’lam.
Tapi, diduga, pasien mengalami perbaikan klinis lewat efek psikis karena ia
merasa yakin telah minum obat. Para ahli jiwa memang menyatakan bahwa pikiran
bisa sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik.
Dapatkan buku karya pemilik blog ini, BUKU OBAT SEHARI-HARI, terbitan Elex Media Komputindo, di Gramedia, toko buku online, dan toko buku lain.

No comments:
Post a Comment